Epistemologi, Epistemologi : Bayani, Irfani, Burhani.

Epistemologi, Epistemologi : Bayani, Irfani, Burhani.

Jumat, 19 November 2010

diskusi kelompok 5 (warga)

Kelompok 5: Sebagai Warga
Oleh: Wijayanti Wulan Septi (08410211)

Sebagai warga, kami merasa dibingungkan dengan keadaan, apalagi perbedaan pandangan antara mbah marijan, kraton, serta pemerintahan. Sebagian warga yang bertempat tinggal dekat mbah marijan mengikut apa kata beliau, karena mereka menganggap mbah marijan patut dijadikan panutan dan dapat dipercaya namun, sebagian lagi mengikuti apa-apa yang pemerintah maupun BMKG informasikan.
Bila mana saya yang ada diposisi demikian, saya cenderung mengikuti pemerintah maupun BMKG. Bagaimanapun juga teknologi menghasilkan data yang akurat. Namun tidak memungkiri adanya ilmu kejawen.

Rabu, 10 November 2010

sains dan natural

Nama : Sofiatun
NIM : 08410062
Kelas : PAI-B
No.Absen : 12

Rangkuman Materi
PSEUDO SCIENCES (SAINS DAN NATURAL)
Menurut Henry Giroux, kesadaran manusia dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Naif : Berdasarkan metafisika
2. Magis : Berdasarkan metafisika
3. Kritis : Meragukan naif dan magis
Ada tiga tokoh yang diungkapkan dalam hal ini, yaitu:
1. Fazrur Rahman
Metode yang terkenal yaitu dengan metode double movement yaitu dengan gerakan ganda.
2. Mansour Faqh
 Orang kritis harus liberasi: pembebasan diri yaitu pembebasan dari segala macam dominasi.
 Degamanisasi: contohnya dalam nalarnya dokter berdasarkan pengetahuan, tetapi nalar kemanusiaannya sudah pudar akibat dari sains yang digunakan.
3. ‘Atiyah Al-Abrosy
Pendapatnya bahwa supaya orang islam tidak jumud harus mengembangkan universal, yaitu:
 Harus menghargai kesetaraan
 Persamaan
 Keadilan
 Demokrasi.

Kelompok 1

Mbah Maridjan (Sang Guru Kunci)

Raden Ngabehi Surakso Hargo atau lebih dikenal sebagai Mbah Maridjan yang lahir di dukuh Kinahrejo Umbul Harjo, Cangkringan, Sleman. Beliau adalah seorang juru kunci Gunung Merapi yang diberi amanah dari Sri Sultan Hamengkubuwana IX. Beliau menjabat sebagai wakil juru kunci pada Tahun 1970 dan ia sandang menjadi guru kunci sejak tahun 1982. Sejak Tahun 2006 Mbah Maridjan menjadi pusat perhatian masyarakat luas karena faktor keberanian dan tanggung jawab dalam mengemban amanah Sri Sultan Hamengkubuwana ke-IX. Dapat dilihat bahwa beliau menggunakan hati dalam menjaga Gunung Merapi, yaitu dilihat bahwa setiap merapi akan meletus, warga setempat selalu menunggu komando dari beliau untuk mengungsi, dan saat gunung merapi meletus beliau sudah meminta warganya untuk segera mengungsi, tapi warga tetap bersikukuh untuk tinggal bersama beliau walaupun Mbah Maridjan tetap tidak mau turun dari lereng gunung merapi.
Tradisi Sesajen biasa digunakan beliau dalam ritual adat merapi yaitu untuk minta keselamatan kepada sang maha pencipta dan dari orang jawa sendiri biasa menggunakan rujukan kitab Mahabarata Hindu-Budha (sebagai turunan budaya), beliau dinilai bersifat natural yang masih menggunakan adat-adat kejawen, amanah yang beliau emban sangatlah ia patuhi dan beliau sangat taat pada peraturan. Mbah Maridjan sendiri dinilai sebagai tokoh panutan, seorang yang santun dan bersahaja pengabdiannya sampai akhir hayat. Mbah Maridjan dinilai sangat mematuhi peraturan adat keraton, beliau dinilai bersifat natural yang masih menggunakan adat-adat kejawen dan menggunakan nalarnya untuk berfikir, pasalnya ketika diminta untuk turun dari desanya beliau tidak mau hanya diam saja dan desanya dianggap tidak akan terkena luncuran awan panas karena bukan Sri Sultan Hamengkubuwana sendirilah yang memintanya dengan perantara mimpi ataupun semacamnya, maka dari itu beliau enggan turun dan dari itu pengabdiannya perlu dicontoh oleh masyarakat luas.