Epistemologi, Epistemologi : Bayani, Irfani, Burhani.

Epistemologi, Epistemologi : Bayani, Irfani, Burhani.

Sabtu, 05 Februari 2011

pemikiran muhammad iqbal

PEMIKIRAN PENDIDIKAN MUHAMMAD IQBAL
Makalah ini dibuat untuk memenuhi Tugas Mata kuliah
Filsafat Pendidikan Islam.
Dosen Pengampu : Muh. Qowim, M.Ag.





Disusun Oleh:
Rahmi Eka Nurlia (08410211)
Wijayanti Wulan S (08410211)
Sofiatun ()8410062)
Rokhayatun Niroh (08410016)
Neneng Siti Fatimah (08410063)


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2011

BAB I
PENDAHULUAN

Dr. Sir Muhammad Iqbal, penyair, pujangga dan filosof besar abad ke-20, dilahirkan di Sialkot, Punjab, Pakistan pada 9 Nopember 1877. Sosoknya memang fenomenal. Lebih dari siapa pun, Iqbal telah merekonstruksi sebuah bangunan filsafat Islam yang dapat menjadi bekal individu-individu Muslim dalam mengantisipasi peradaban Barat yang materialistik ataupun tradisi Timur yang fatalistik. Jika diterapkan maka konsep-konsep filosofis Iqbal akan memiliki implikasi-implikasi kemanusiaan dan sosial yang luas. Di dalam kehidupannya Iqbal berusaha secara serius terhadap perumusan dan pemikiran kembali tentang Islam. Ia berpendapat bahwa kemunduran ummat Islam selama lima ratus tahun terakhir disebabkan oleh kebekuan dalam pemikiran. konkritnya bahwa pintu Ijtihad telah ditutup. Iqbal ingin berjuang untuk martabat bangsa dan umatnya. Saat itu, bangsa Muslim berada dalam kemunduran dan penjajahan Barat. Iqbal merasa terpanggil untuk memperbaiki nasib bangsa dan umatnya itu, salah satunya dengan pembaharuan pemikiran Islam agar kontekstual dengan jiwa zaman saat itu.
Dalam makalah ini, pemakalah-pemakalah mengangkat seorang pemikir, pujangga, pembaharu Islam Iqbal yang bukan saja berpengaruh di negerinya Pakistan tapi juga di Indonesia sendiri. Disini penulis menitik beratkan pada pemikirannya di bidang Pendidikan Islam



.

BAB II
PEMBAHASAN

A. BIOGRAFI
Lahir di Sialkot, kota peninggalan Dinasti Mughal India pada tanggal 22 Februari 1873. Ayahandanya Syaikh Nur Muhammad memiliki kedekatan dengan kalangan Sufi. Iqbal berasal dari keluarga miskin, dengan mendapatkan beasiswa dia mendapat pendidikan bagus. Keluarga Iqbal berasal dari keluarga Brahmana Kashmir yang telah memeluk agama Islam sejak tiga abad sebelum kelahiran Iqbal, dan menjadi penganut agama Islam yang taat. Pada tahun 1895 Iqbal menyelesaikan study di Scottish dan pergi ke Lahore. Salah satu kota di India yang menjadi pusat kebudayaan, pengetahuan dan seni. Di kota Lahore ini, sambil melanjutkan pendidikan sarjananya ia mengajar filsafat di Government College. Pada tahun 1897 Iqbal memperoleh gelar B.A., kemudian ia mengambil program M.A. dalam bidang filsafat. Pada saat itulah ia bertemu dengan Sir Thomas Arnold. orientalis Inggris yang terkenal yang mengajarkan filsafat Islam di College tersebut. Dengan dorongan dan dukungan dari Arnold, Iqbal menjadi terkenal sebagai salah satu pengajar yang berbakat dan penyair di Lahor. Pada tahun 1905, ia belajar di Cambridge. Iqbal kemudian belajar di Heidilberg dan Munich. Di Munich ia menyelesaikan doktornya tahun 1908 dengan disertasi, The Development of Metaphysics in Persia. Ia kembali ke London untuk belajar di bidang keadvokatan sambil mengajar bahasa dan kesusastraan Arab di Universitas London.







B. PEMIKIRAN
1. Kurikulum
Kurikulum secara garis besar dapat diartikan dengan seperangkat materi pendidikan dan pengajaran yang diberikan kepada murid sesuai dengan tujuan pendidikan yang akan dicapai.
Adapun isi kurikulum pendidikan menurut Muhammad Iqbal adalah:
a. Isi kurikulum pendidikan harus mencakup agama, sejarah, ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada umumnya Muhammad Iqbal menggunakan kata “pengetahuan (knowledge) yang didasarkan pada panca indra. Pengetahuan dalam arti ini kepada manusia memberikan kekuasan yang harus ditempatkan di bawah agama. Muhammad Iqbal berpendapat bahwa agama adalah suatu kekuatan dari kepentingan besar dalam kehidupan individu juga masyarakat. Apabila pengetahuan dalam arti ini tidak ditempatkan dibawah agama, ia akan menjelma menjadi kekuatan syetan. Pengertian dalam arti ini dipandang berfungsi sebagai langkah pertama dalam rangka mendapatkan pengetahuan yang sebenarnya. Oleh karenanya kitab merupakan sarana dalam penyampaian ilmu pengetahuan. Jadi menurut Muhammad Iqbal, antara agama dan ilmu pengetahuan harus berjalan secara selaras, karena agama mampu menyiapkan manusia modern untuk memikul tanggung jawab yang besar yang dimana ilmu pengetahuan juga pasti terlibat.
b. Isi kurikulum pendidikan juga harus mencakup pembentukan kepribadian atau watak. Pendidikan watak menurut Muhammad Iqbal merupakan faktor yang penting dalam pendidikan. Untuk mengembangkan watak, menurut Muhammad Iqbal pendidikan hendaknya memupuk tiga sifat yang merupakan unsur-unsur utama dari pendidikan itu sendiri, yakni:
1) Keberanian,
2) Toleransi
3) Faqir

2. Tujuan Pendidikan
Pendidikan merupakan daya budaya yang mempengaruhi kehidupan perorangan maupun kelompok masyarakat untuk membentuk manusia mukmin sejati atau yang biasa disebut dengan Insan Kamil. M.Iqbal menggambarkan manusia yang ideal atau sejati itu melalui hasil karya-karyanya.
Dalam filsafatnya dijelaskan ada beberapa ciri manusia yang ideal, di antaranya:
a. Hidup yang baik adalah hidup yang penuh usaha dan perjuangan, usaha itu tersebut hendaknya bersifat kreatif dan orisinil. Sebagaimana tertulis dalam syairnya :
Bila anda ingin melihat dunia sementara ini,
Bila anda ingin beralih dari ketiadaan kepada keberadaan,
Bertahanlah!
Jangan mudah anda lenyap seperti kilatan cahaya sekejap!
Pupuk keberanian bersusah payah
agar berhasil meraih lumbung penuh melimpah
Bila anda memiliki sinar matahari
Beranilah menjelajah langit lazuardi!
Orang yang baik hendaknya belajar menerapkan intelegensinya secara meningkat terus dalam rangka penjelajahan dan pengendalian daya dan kekuatan alam, sambil menambah pengetahuan dan kekuatannya sendiri. Sebagaimana dalam syairnya :
Intelek memerintah segala sesuatu yang terbuat
dari cahaya maupun dari tanah liat
Dan tiada yang tak terjangkau karunia Illah ini
Seluruh jagad tunduk merunduk pada keagungan yang abadi
Hanya hati yang berani menghadapi
setiap derap langkahnya yang tegap.
Di samping itu Muhammad. Iqbal juga mengemukakan mengenai tujuan diselenggarakannya pendidikan Islam. Sebenarnya menurut dia pendidikan itu diawali dari adanya rasa ego. Ego akan mengalami proses evolusi dan selalu berjuang untuk mencapai kesempurnaan. Ego yang sempurna itulah menurut M.Iqbal disebut sebagai insan kamil dan inilah yang menjadi tujuan pendidikan. Adapun rincian dari tujuan penudidikan itu, di antaranya: Pendidikan tidak semata-mata untuk mencapai kebahagiaan hidup di akherat dalam pengenalan jiwa dengan Tuhan.
b. Tujuan akhir dari pendidikan hendaknya dapat memperkokoh dan memperkuat individualitas dari semua pribadi, sehingga mereka dapat menyadari segala kemungkinan yang dapat saja menimpa mereka.
c. Untuk mencapai tujuan tersebut pendidikan harus tertuju pada pengembangan keseluruhan potensi manusia yang mencangkup intelektual, fisik dan kemauan untuk maju. Dalam kaitanya dengan ini Muhammad Iqbal menjelaskan beberapa pemikiranya tentang kehendak kreatif. Hidup adalah kehendak kreatif yang oleh Muhammad Iqbal disebut dengan Soz . Yaitu diri yang selalu bergerak kesatu arah. Aktivitas kreatif, perjuangan tanpa henti dan partisipasi aktif dalam permaslahan dunia harus menjadi tujuan hidup. Berkat kreativitas itulah manusia telah berhasil mengubah dan menggubah yang belum tergarap dan belum terselesaikan dan mengisinya dengan aturan dan keindahan.
d. Tujuan pendidikan harus mampu memecahkan masalah-masalah baru dalam kondisi perorangan dan masyarakat atau menyesuaikan dengan kondisi masyarakat.

3. Fungsi Pendidikan
Melahirkan melahirkan interaksi yang dinamis dan progesif agar saling bertautan secara serasi.
4. Metode Pembelajaran
Dalam pengertian leterlijk, kata “metode” berasal dari bahasa Greek yang terdiri dari “meta” yang berarti” melalui “ dan “hodos” yang berarti” jalan yang dilalui” Metode pendidikan didasarkan pada tingkat usia anak didik berdasarkan pertimbangan periode perkembangan anak didik, Nabi mengemukakan cara mendidik yang baik. Beliau menyatakan didiklah anak-anakmu dengan cara bermain-main pada usia tujuh pertama dan tananamkanlah disiplin kepada mereka pada tujuh tahun berikutnya kemudian ajaklah mereka berdiskusi saat mereka mencapai periode usia tujuh tahun yang ketiga dan selanjutnya barulah mereka dapat di lepaskan untuk menentukan sikap hidupnya secara mandiri.
Adapun metode pendidikan yang sesuai menurut Muhammad Iqbal adalah :
a. Self activity
Metode ini di gunakan untuk mencari potensi diri atau mengembangkan potensi diri peserta didik dengan kebebasan mengembangkan kreativitas sesuai dengan yang di kehendaki
b. Learning by doing.
Jenis pengajaran yang di kehendakinya adalah menghadapkan siswa pada situasi baru yang mengundang mereka untuk bekerja dengan penuh kesadaran akan tujuan yang di galinya dari sumber yang tersedia dalam lingkungan mereka.
c. Tanya jawab
Pendidikan harus mampu untuk mencetak pribadi yang kritis, yaitu terus bertanya dan tidak begitu saja menerima pandangan atas dasar kepercayaan belaka.
d. Metode proyek atau unit
Adalah cara penyajian pelajaran yang bertitik tolak dari sesuatu masalah, kemudian di bahas dari segi yang berhubungan sehingga pemecahannya secara keseluruhan dan bermakna. Penggunaan metode ini bertitik tolak dari anggapan bahwa pemecahan masalah harus ditinjau dari berbagai macam segi agar tuntas dalam melibatkan mata pelajaran yang ada kaitannya sebagai sumber dari pemecahan masalah tersebut.
e. Metode pemecahan masalah atau problem solving
Bukan hanya sekedar metode berfikir sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainya yang di mulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.

5. Peranan peserta didik
Peserta didik bebas mengembangkan bakat dan kepribadianya. Dilihat dari kedudukannya, peserta didik adalah mahluk yang sedang berada dalam proses perkembangan menurut fitrahnya masing-masing. Mereka memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju kearah titik optimal kemampuan fitrahnya. Pemikiran Muhammad Iqbal tentang pendidikan khususnya pada peranan peserta didik adalah berpangkal pada kebebasan manusia. Manusia merupakan ego yang memiliki kebebasan untuk menentukan pilihan sendiri dengan segala konsekuensinya. Dengan kebebasannya itu, peserta didik memungkinkan untuk diarahkan agar memiliki kreativitas berfikir tinggi sehingga dapat memunculkan inovasi-inovasi baru yang dapat dipergunakan untuk menjawab berbagai tantangan dimasa sekarang dan akan datang yang merupakan dampak negatif dari globalisasi dan industrialisasi. Muhammad Iqbal sepenuhnya meyakini besarnya nilai kebudayaan suatu masyarakat terhadap pendidikan serta terhadap hak pengembangan idividu. Muhammad Iqbal mengharap agar sekolah dapat membina dan mengembangkan pribadi¬¬¬-pribadi yang bebas, berani dan kreatif. Arti kebebasan mengandung arti yang besar. Kebebasan terkadang mengandung arti selain memilih sesuatu yang baik juga bebas untuk nenentukan pilihan yang jahat. Namun yang dimaksud kebebasan disini adalah tugas manusia untuk melaksanakan dan mewujudkan kepercayaan-Nya itu dengan jalan memanfaatkan karunia berupa kebebasan tersebut secara bijaksana dan konstruktif.

6. Peranan pendidik
Pendidik dalam menggali dan mengembangkan konsep pendidikannya akan harus mengkaji dan meneliti hakikat individualitas dan lingkungan. Muhammad Iqbal berpendapat bahwa tumbuh kembangnya individualitas tidak mungkin terjadi tanpa kontak langsung dengan lingkungan yang konkrit dan dinamis.
Sikap pendidik yang baik menurut Muhammad Iqbal adalah dengan jalan membangkitkan kesadaran yang sungguh pada anak didiknya berkenaan dengan aneka ragam relasi dengan lingkungannya dan dengan jalan demikian merangsang pembentukan sasaran-sasaran baru secara
kreatif. Muhammad Iqbal kurang menyetujui pendidikan sistem kelas, maksudnya guru yang mengurung siswanya diantara keempat dinding kelasnya. Hal ini dikarenakan bahwa anak perlu berhubungan dengan alam dalam setiap proses belajarnya, yaitu untuk menumbuhkan sikap keingintahuan serta untuk menumbuhkan kreativitasnya.

7. Karya-karya

a. The Development of Metaphysic in Persia adalah karya disertasinya yang terbit pada tahun 1908 di London. Isi pokok buku itu adalah deskripsi mengenai sejarah pemikiran keagamaan di Persia sejak Zoroaster hingga sufisme Mulla Hadi clan Sabzawar yang hidup pada abad 18. Pemikiran keagamaan sejak yang paling kuno di Persia hingga yang terakhir merupakan kesinambungan pemikiran islamis, bagian kedua menjelaskan kebudayaan Barat clan berbagai manifestasinya, clan bagian ketiga menjelaskan munculnya Islam hingga peran Turki dalam Perang Dunia Pertama dan kemenangan Turki dalam perang kemerdekaan dari Tekanan tekanan Barat. Artinya, pemikiran keagamaan Mulla Hadi dan Sabzawar tetap mempunyai akar Zoroasterianisme.
b. Rumuz-i Bikhudi diterbitkan oleh pengarangnya pada tahun 1918 di Lahore. Bahasa Persia sebagai pengantar buku tersebut. Buku ini merupakan kelanjutan pemikiran mengenai insan kamil. Insan kamil harus bekerja sama dengan pribadi-pribadi lain untuk mewujudkan kerajaan Tuhan di bumi. Jika insan kamil hidup menyendiri, tenaganya suatu waktu akan sirna.
c. Arti leksikal Rumuz-i Bikhudi adalah simbol peniadaan diri.
d. Bang-i Dara terbit di Lahore pada tahun 1924. Bahasa yang digunakan dalam buku ini adalah bahasa Urdu. Arti harfiah judul buku itu adalah Genta Lonceng. Secara keseluruhan buku ini dibagi tiga bagian. Bagian pertama buku ini bertemakan nasionalistik dan patriotik yang bercorak humanis.
e. Tulisan Iqbal terbesar dalam bidang filsafat dan berbentuk prosa adalah The Reconstruction of Religious Thought in Islam. Buku ini terbit di London pada tahun 1934.
f. Javid Namah (Kitab Keabadian) tertulis dalam bahasa Persia, terkecil pada tahun 1932 di Lahore. Buku ini menjelaskan tentang petualangan rohani ke berbagai planet. Pengarang buku ini mengadakan dialog dengan para pemikir, sufi, fiiosof, politikus, maupun pahlawan. Bagian akhir buku ini berisi pesan-pesan kepada anaknya dan generasi baru.
g. Zarb-i Kalim (Pukulan Nabi Musa) terbit dalam bahasa Urdu di Lahore pada tahun 1937. Pengarang menggambarkan tentang: Islam, wanita, politik, dan seni rupa.



















BAB III
PENUTUP

Pendidikan senantiasa selalu berkembang dan berpengaruh dalam kehidupan sosial masyarakat. Dari hal itu maka tidak dapat dipungkiri bila dalam pendidikan selalu muncul sebuah problematika yang sangat actual berkembang didalamnya. Semua problematika yang muncul sangat dipengaruhi oleh beragam faktor yang terkait didalamnya. Yakni, faktor pendidik, faktor peserta didik, faktor kurikulum dan faktor lingkungan. Dalam hal ini Muhammad Iqbal sudah memberikan sumbangan yang sangat besar dalam sebuah karya pemikirannya mengenai konsep paradigma pendidikan dan dapat dijadikan salah satu sumber referensi dalam upaya merekonstruksi pendidikan. Konsep peranan pendidik, peserta didik, kurikulum dan lingkungan yang dibangun oleh Muhammad Iqbal sangat sesuai dengan yang diharapkan oleh pendidikkan pada zaman sekarang secara ideal. Hanya saja secara realitanya belum bisa berkembang secara seimbang, karena ada kegagalan sistem pendidikan yang mengatur koneksifitas pendidikan. Jadi dalam sistem pendidikanlah yang mengawali sukses tidaknya produktifits pendidikan, dalam outputnya. Jika sistem tersebut terkonsep dalam kurikulum, maka kurikulumlah yang perlu dibenahi. Bagaimana kurikulum tersebut terancang sesuai dengan kondisi pendidik, peeserta didik dan lingkungan. Yang pada akhirnya dapat mewujudkan tujuan pendidikan sesuai yang diharapkan. Kaitannya dengan hal tersebut, kurikulum yang dipaparkan oleh Muhammad Iqbal sangat relevan jika dipraktekan dalam sistem pendidikan zaman sekarang, karena poin poin yang masukkan dalam kurikulumnya sudah menyangkut segala aspek kehidupan dan dapat mempersiapkan output pendidikan yang mampu menghadapi segala problematika dalam masyarakat, serta mengawali sebuah perubahan yang lebih baik dalam pendidikan.




DAFTAR PUSTAKA

Iqbal, Muhammad, Rekonstruksi Pemikiran Agama dalam Islam, Yogyakarta:
Lazuardi, 2002.
Harun Nasution, “Pembaharuan dalam Islam, Jakarta : Bulan bintang, 1987.
Jalaluddin dan Umar Said, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Raja Grafindo,
1994.
Adian, Donny Gahral, Muhammad Iqbal, Bandung: Teraju, 2003.
Muhammad Iqbal, The Achievement of love (Metode Sufi Meraih Cinta Illahi), diterjemahkan oleh Tim Inisiasi Press, Jakarta : Innisiasi Press, 2002.
K.G. Saiyidain, Iqbals Educational Philosophy, Penerjemah : M.I. Soelaeman, Bandung: CV. Diponegoro, 1981.
Miss Luce & Claude Maitre, Introduction ala pense d`iqbal. (Pengantar ke Pemikiran Iqbal) diterjemahkan oleh :Djohan Effendi, Jakarta : Pustaka Kencana,1981.

3 komentar:

  1. wah anak UIN sunan kalijaga,,hebat"...salam kenal juga dari anak UIN jogja..kapan" berkunjung,,chayo UIN SUKA.....

    BalasHapus
  2. wah,, bagus tulisannya,,, azin share,,,





    http://kitaabati.blogspot.com/2013/01/pemikiran-sekuler-muhammad-iqbal.html
    http://miazart.blogspot.com/2013/01/rpp-ski-pemikiran-muhammad-iqbal.html

    BalasHapus
  3. salam, ingin numpang belajar ya ... bagus ! thanks

    BalasHapus