Nama: Neneng Siti Fatimah N. A
NIM : 08410063
Kelas : B
Absen: 13
Epistemologi Irfani
Makna=> pengetahuan yang masuk kedalam hati, lebih kepada kebijakan, kearifan. Yaitu melalui pengalaman langsung/antuisi (filsafat).
Intuisi=> suatu pengetahuan yang keluar dari dalam diri kita (rasa/firasat) yang muncul secara tiba-tiba, tidak terduga.
Proses pendekatannya=>
Motivation
Self awweners
Self regulation
Empaty
Social skill
Itu semua termasuk kecerdasan emosi.
Produk ilmu yang dihasilkan dari epistemology irfani salah satunya akhlak dan tasawuf.
Implikasi pemikaran=>
Ø Semakin arif
Ø Semakin bijak
Ø Empati
Rahmi Eko Nurlia
BalasHapus08410200
Irfani adalah model metodologi berfikir yang didasarkan atas pendekatan dan pengalaman langsung [direct experience] atas realitas spiritual keagamaan. Oleh karena sasaran bidiknya adalah esoteric atau bagian batin teks. Rasio dimanfaatkan untuk menjelaskan pengalaman spititual.
Wijayanti Wulan Septi.
BalasHapus08410211
sependapat dg komentar diatas, pengetahuan irfani tidak diperoleh berdasarkan analisa teks tetapi dengan olah ruhani, dimana dengan kesucian hati, diharapkan Tuhan akan melimpahkan pengetahuan langsung kepadanya. Masuk dalam pikiran, dikonsep kemudian dikemukakan kepada orang lain secara logis
Nama : Sofiatun
BalasHapusNIM : 08410062
Kelas : PAI-B
No.Absen : 12
pandapat saya bahwa Epistemologi irfani menjelaskan pengetahuan diperoleh dari qolb dan persepsi langsung berdasarkan nalar intuisi yaitu didasarkan pada hati. Epistemologi ini juga berdasarkan pada pengalaman yang dimiliki oleh seseorang dengan pengalamannya didapat rasa empati dan simpati. Kelebihannya mengutamakan nilai dan kepuasan rohaniah, sedangkan kekurangannya tidak dapat diukur secara ilmiah.
Nama : Rukhayatun Niroh
BalasHapusKelas : PAI 2
NIM : 08410016
Menurut saya, penjelasan diatas cukup simple dan mudah untuk dipahami, tapi saya akan menambahkan, bahwa :
Menurut Irfaniyyun, pengetahuan tentang Tuhan tidak dapat diketahui melalui bukti-bukti empiris-rasional, akan tetapi dapat diketahui melalui pengalaman langsung dan jika seseorang ingin bias berhubungan dengan Tuhan, dia harus bisa melepaskan diri dari segala ikatan dengan alam yang menghalanginya.
Apabila dalam epistemologi bayani terdapat konsep al-lafdz-al-ma’na, dalam irfani terdapat konsep al-zahir-al-batin. Dan apabila ta’wil bayani memerlukan susunan seperti wajah syabah (illat) ataupun adanya pertalian lafadz dan makna, ta’wil irfani tidak memerlukan persyaratan dan dan perantaraan.