Epistemologi, Epistemologi : Bayani, Irfani, Burhani.

Epistemologi, Epistemologi : Bayani, Irfani, Burhani.

Rabu, 27 Oktober 2010

EPISTEMOLOGI

Nama  :  Sofiatun
NIM    : 08410062
Kelas   :  PAI B

Secara Etimologi epistemologi berasal dari bahasa Yunani episteme yang berarti knowledge (pengetahuan) dan logos: studi, jadi secara harfiah epistemologi adalah studi atau teori tentang pengetahuan. Epistemologi juga diartikan cara mengetahui kebenaran yaitu dengan rasionalisme (bersumber pada akal pikiran semata), indera (empiricisme) atau intuisi. Dari kebenaran tersebut tokoh yang dipandang sebagai peletak dasar idealisme yang dikenal dengan rasionalisme yaitu plato menurutnya hasil pengamatan indrawi tidak memberikan pengetahuan yang kokoh karena sifatnya yang selalu berubah-ubah sehingga tidak dipercaya kebenarannya dan lebih percaya dengan pengamatan indera yaitu dunia ide yang bersifat tetap dan tidak berubah-ubah. Epistemologi Plato ini bersifat rasional spekulatif yaitu pemikiran rasional Plato didasarkan kepada keyakinan adanya dunia ide (ide bawaan manusia).
Berbeda dengan Aristoteles bahwa pengetahuan itu bukan berasal dari ide-ide bawaan karena itu sebenarnya tidak ada yaitu manusia memperoleh pengetahuan melalui proses pengamatan indrawi yang panjang sebagai proses abstarksi. Epistemologi keduanya saling berbeda yaitu Plato mendasarkan pada adanya dunia ide sedangkan Aristoteles mendasarkan pada pengamatan inderawi. Akan tetapi epistemologi yang hanya didasarkan kepada dunia ide dan pengamatan indrawi mengalami keterbatasan, misalnya benda yang lurus setelah dimasukan kedalam air kemudian dilihat dari samping benda tersebut kelihatan bengkok. Rasio dapat mengatasi kelemahan indra tersebut, tetapi rasio belum dapat mengungkap sisi lain. Tidak hanya mengandalkan pada indra dan rasio tetapi juga diperlukan unsur rasa yaitu intuisi dengan ini dapat diperoleh pengetahuan yang relatif berbeda yatu kemampuan untuk memahami sesuatu secara langsung tanpa melalui proses penalaran dan pengkajian secara sadar. Pemikiran Plato dan Aristoteles itu dipahami dan diambil oleh pemikir-pemikir islam. Para filosof menambahkan bahwa pengtahuan diperoleh melalui wahyu, menurut Al-Ghazaly bahwa pengetahuan diperoleh dengan intuisi pengetahuan ini sangat terasa sampai sekarang. Sampai pada pemikiran Fazlur Rahman bahwa epistemologi yang berkembang di Barat lebih terfokus pada wilayah natural sciences, sedangkan pemikirannya terletak pada wilayah humanities. Secara ringkas bahwa pemikiran Fazlur Rahman mempunyai karakter pendekatan Normatif-Historis yang paling tepat untuk melihat epistemologi Rahman adalah epistemologi Muh. Abid al-jabiri mengapa dipilihnya Al-Jabiri karena didasarkan adanya berbagai benang merah yang menunjukkan kesamaan, disamping perbedaan antara keduanya hal tersebut didasarkan pada masalah krisis pemikiran dikalangan umat islam mereka sama-sama prihatin atas krisis pemikiran yang beratus-ratus Tahun melanda umat islam  dan keduanya  solusinya terutama pada masalah diskursus epistemologi. Kesimpulannya bahwa epistemologi didasarkan atas tiga hal yaitu rasio, indera, dan intuisi.
BAYANI
Bayani adalah suatu epistimologi yang mencangkup disiplin-disiplin  ilmu yang berpangkl dari bahasa arab yaitu nahwu, fiqh, ushul fiqh, kalam dan balaqah. Epistimologi ini dapat dipahami dari tiga segi, yaitu segi aktifitas pengetahuan, diskursus pengetahuan, dan sistem pengetahuan. Sebagai aktivitas pengetahuan bayani berarti tampak-menampakkan dan paham memahamkan. Sebagai diskursus pengetahuan bayani berarti pengetahuan yang dibentuk oleh ilmu arab islam murni yaitu ilmu bahasa dan ilmu agama. Sementara itu sebagai sistem pengetahuan bayani berarti kumpulan dari prinsip-prinsip, konsep-konsep dan usaha-usaha yang menyebabkan dunia pengetahuan yang berbentuk tanpa disadari. Tokoh dalam bayani adalah Syafi’i yang berhasil membakukan cara-cara berfikir yang menyangkut hubungan antara lafadz dana makna serta hubungan antara bahasa dan teks Al-Qur’an. Ia juga berhasil merumuskan aturan-aturan bahasa arab sebagai acuan untuk menafsirkan al-qur’an. Ia menjadikan al-qur’an, hadits, ijma’, dan qiyas sebagai sumber penalaran yang absah untuk menjawab persoalan dalam masyarakat. Menurutnya berpikir adalah berpikir dalam kerangka Nash. Baginya dalam bayani terdapat dua dimensi yang fundamental, yakni usul(prinsip-prinsip primer) yang darinya muncul prinsip sekunder(far’) dan aturan-aturan penafsiran wacana yang terungkap dari prinsip-prinsip fundamental tersebut. Kemudian al-jahiz berusaha mengembangkn bayani yang tidak terbatas pada”memahami” sebagaimana yang dilakukan oleh al-syafi’i tetapi berusaha membuat pendengar atau pembaca. Selanjutnya ibn Wahab untuk mensistematikan dengan cara merumuskan kembali teori bayani sebagai metode dan sistem mendapatkan pengetahuan. 

4 komentar:

  1. Wijayanti Wulan Septi
    08410211
    Epistemologi dikaitkan bahkan disamakan dengan suatu disiplin yang disebut Critica, yaitu pengetahuan sistematik mengenai kriteria dan patokan untuk menentukan pengetahuan yang benar dan yang tidak benar. Critica berasal dari kata Yunani, krimoni, yang artinya mengadili, memutuskan, dan menetapkan. Mengadili pengetahuan yang benar dan yang tidak benar

    BalasHapus
  2. Rahmi Eko Nurlia
    08410200
    Epistemologi bermaksud mengkaji dan mencoba menemukan ciri-ciri umum dan hakiki dari pengetahuan manusia. Bagaimana pengetahuan itu pada dasarnya diperoleh dan diuji kebenarnnya?Manakah ruang lingkup atau batas-batas kemampuan manusia untuk mengetahui ?
    Epistemologi juga bermaksud mengkaji pengandaian-pengandaian dan syarat-syarat logis yang mendasari dimungkinkannya pengetahuan itu. Epistemologi juga mencoba memberi pertanggungjawaban rasional terhadap klaim kebenaran dan obyektivitasnya.
    Dari maksud itu, maka Epistemologi dapat dinyatakan suatu disiplin ilmu yang bersifat evaluatif, normative, dan kritis. Evaluatif berarti bersifat menilai. Epistemologi menilai apakah keyakinan, sikap, pernyataan pendapat, teori pengetahuan dapat dibenarkan, dijamin kebenarannya, atau memiliki dasar yang dapat dipertanggungjawabkan secara nalar.

    MENGAPA MEMPELAJARI EPISTEMOLOGI?
    Sekurang-kurangnya ada tiga alas an yang dapat dikemukakan mengapa epistemology perlu dipelajari.
    1.Alasan pertama: berangkat dari pertimbangan strategis
    2.Alasan kedua; dari pertimbangan kebudayaan
    3.Alasan ketiga: berangkatdari pertimbangan pendidikan.
    Pertimbangan Strategis:Pengetahuan mempunyai daya kekuatan untuk mengubah keadaan. “Apabila pengetahuan adalah suatu kekuatan yang telah dan akan terus membentuk kebudayaan, menggerakan dan mengubah dunia, sudah semestinyalah apabila kita berusaha memahami apa itu pengetahuan, apa sifat dan hakikatnya , apa daya dan ketebatasnnya, apa kemungkinan permasalahannya.
    Pertimbangan Kebudayaan: Mempelajari epistemology diperlukan pertama-tama untuk mengungkap pandangan epistemologis yang sesungguhnya ada dan terkandung dalam setiap kebudayaan. Setiap kebudayaan, entah secara implicit ataupun ekplisit, entah hanya lisan atau tulisan , entah secara sistematis ataupun tidak, selalu memuat pandangan tentang pengetahuan.

    Pertimbangan pendidikan: berdasarkan pertimbangan pendidikan epistemology perlu dipelajarai karena manfaatnya untuk bidang pendidikan. Pendidikan sebagai usaha sadar untuk membantu peserta didik mengembangkan pandangan hidup, sikap hidup dan ketrampilan hidup, tidak dapat lepas dari penguasaan pengetahuan. Proses Belajar Mengajar dalam konteks pendidikan selalau memuat unsure penyampaian pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai.

    BalasHapus
  3. Nama: Neneng Siti Fatimah NA
    NIM: 08410063
    No Absen: 13

    Pada dasarnya metodologi adalah alat untuk memperoleh kebenaran. Dalam rangka mencari kebenaran itulah diperlukan pendekatan (logic of explanation dan logic of discovery), berikut teknis-teknis operasionalnya. Sejalan dengan epistemologi yang dikembangkan Muhammadiyah, pemikiran keislaman membutuhkan pendekatan Bayani, Irfani dan Burhani, sesuai dengan obyek kajiannya --apakah teks, ilham atau realitas-- berikut seluruh masalah yang menyangkut aspek tranhistoris, transkultural dan transreligius. Pemikiran Islam Muhammadiyah merespon problem-problem kontemporer yang sangat kompleks, berikut rumusannya untuk aplikasi dalam praksis sosial, mempergunakan ketiga pendekatan di atas secara spiral-triadik.
    Nama M Amin Abdullah patut diberi kredit karena cukup sukses dalam menggugah pemikiran kritis di Muhammadiyah. Sewaktu menjadi Ketua Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam (MTPPI), M Amin Abdullah selalu mengambil prakarsa melakukan kajian secara mendalam dan sistematis terhadap tema-tema krusial yang dihadapi umat Islam, katakanlah, seperti pengembangan manhaj atau metodologi pemikiran Islam dan pluralisme. Berkat prakarsa M Amin Abdullah pemikiran Islam, setidaknya di lingkungan Muhammadiyah, memperoleh sentuhan epistemologi baru seperti diadopsinya epistemologi bayani, burhani, dan irfani dalam manhaj tarjih Muhammadiyah.
    Arifin Sepakat bahwa Muhammadiyah dalam Ijtihad dan Istinbath mengenai problem umat, sudah harus menggunakan metodologi sistematis yang secara ilmiah kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan. Ketiga metode tersebut dengan segala aturannya akan mampu mendekatkan produk Ijtihad Muhammdiyah ke arah tersebut. Berikut penulis mengulas ketiga pendekatan yang sampai sekarang masih dipedomani oleh Muhammadiyah.

    BalasHapus
  4. Nama :Rukhayatun Niroh
    Kelas :PAI B
    Nim :08410016
    keterangan dari teman-temanku cukup memuaskan tentang epistemologi, sehingga bisa menambah wawasan saya tentang epistemologi, saya hanyamenambahkan sedikit bahwa:
    pada awalnya, dalam pembahasan dalam epistemologi lebih terfokus pada sumber pengetahuan dan teori tentang kebenaran pengetahuan. selanjutnya, pembahasan dalam epistemologi mengalami perkembangan, yakni pembahasannya terfokus pada sumber pengetahuan, proses dan metode untuk memperoleh pengetahuan, cara untuk membuktikan kebenaran pengetahuan, dan tingkat-tingkat kebenaran pengetahuan.

    BalasHapus